Kehidupan Masyarakat Suku Sunda
Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk masyarakat yang memiliki kebudayaan
yang beranekara[1]gam,
mulai dari sabang hingga merauke dan keanekaragaman ini tentu memiliki
kebudayaan yang berbeda yang merupakan hasil dari cipta, rasa, karsa manusia
yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia adalah
bangsa yang pluralisme maka akan terlihat pula berbagai suku bangsa, setiap
suku bangsa memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda pula berdasarkan letak
geografis atau keadaan sosiologi dari masyarakat tersebut. Suku Sunda merupakan
salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia dan lebih tepatnya dipulau Jawa.
Suku sunda
memiliki keunikan tersendiri yang membedakan dengan suku bangsa lainnya yang
tercermin dari bahasa, tingkah laku, tradisi dan hal sebagainya. Suku sunda
merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia.
Pada umumnya suku sunda ber-mata pencaharian sebagai seorang petani atau
becocok tanam, dan pada umumnya pula masyarakat suku sunda tidak suka untuk
merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya, karena pusat kota
terdapat di Jawa Barat sehingga sarana prasarana seperti pendidikan, hiburan,
pantai, mall, pegunungan, persawahan, perkantoran, tempat keagamaan dan semua
hal yang dibutuhkan ada di Jawa Barat atau sekitarnya bahkan apabila ingin ke
ibukota Jakarta cukup beberapa kilometer saja untuk ditempuh. Sehingga banyak
orang Jawa Barat yang enggan pergi keluar Jawa Barat, karena semua peluang
terdapat disini.
Menurut Ahmad
Heryawan pada suku sunda yang merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia,
sekurang-kurangnya 15,2 % penduduk indonesia merupakan orang sunda dan
mayoritas orang sunda beragama Islam namun sebagian kecil pula ada yang
beragama Kristen, Hindu, dan Sunda wiwitan/ Jati sunda. Agama sunda wiwitan
masih bertahan dibeberapa komunitas pedesaan di suku sunda, seperti di Kuningan
dan masyarakat suku Baduy yang terletak di Lebak Banten yang dapat dikatakan
berkerabat dekat dengan suku Sunda.
Bahasa
Sunda
Bahasa Sunda merupakan bahasa yang banyak digunakan sebagian
besar penduduk Jawa Barat, Bahasa Sunda mengenal 3 tingakatan dalam tata cara
berbahasa yang pertama yaitu Bahasa sunda lemes atau halus yang dipergunakan
untuk berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati contohnya
kepada orangtua, kakak, atau kepada orang lain yang umurnya lebih tua. Yang
kedua yaitu Bahasa Sunda dipergunakan kepada yang seumuran baik usia maupun
statusnya. Dan yang terakhir yaitu Bahasa Sunda kasar yang digunakan untuk
binatang.
Orang Sunda cenderung dalam berbahasa Sunda sering
menggunakan logat yang mudah dikenali yang bisa dikenal dengan logat yang halus
dan berbeda. Hal ini dikarenakan orang sunda suka menggunakan kata kata yang
khas seperti “ mah, teh, nya, da, atuh,
sok,weh, ceunah”. Sebagai contoh “ da
kumaha atuhnya wa abdi mah teu tiasa
lamun bade kapendak sareng si geulis teh
sok degdegan wae nya “ dan itulah
salah satu contoh dari kata kata yang mungkin sering digunakan dalam masyarakat
sunda. Selain itu orang sunda dalam melafalkan kata-kata mayoritas tidak dapat
membedakan pengucapan F dan V dan merubahnya dengan huruf P. Kebiasaan orang
sunda ini selalu menukarkan huruf
tersebut sebagai contoh TV menjadi tipi dan fitnah jadi pitnah. Dan yang
terakhir bahwa dalam berbahasa orang sunda selalu memiliki keramah tamahan
ketika menyapa dan mengucapkan salam kepada orang lain dengan ciri khas
logatnya.
Stratifikasi
Dalam Masyarakat Sunda
Masyarakat Jawa
Barat, khusunya masyarakat sunda memiliki ikatan kekeluargaan yang sangat erat.
Penilaian mengenai seorang keluarga tergantung bagaimana masyarakat menilai
keluarga tersebut. Sehingga pada saat seseorang akan melaksanakan perkawinan
hal-hal yang perlu dipertimbangkan salah satunya dari keputusan kaum
keluarganya atau tokoh adat setempat. Dalam masyarakat desa kehidupan
bermasyarakat cenderung lebih diatur oleh pamong desa atau Lurah yang menjadi
kepala di desa tersebut yang memiliki kewenangan untuk mngelola sistem
pemerintahan dan perkara-perkara keagamaan serta adat istiadat yang biasa
dilaksanakan. Di desa selain pamong desa yang dapat memberikan
keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan perkembangan desa yang
bersangkutan tokoh agama sekalipun dapat memberikan keputusannya.
Hal
hal yang membedakan anatar kelompok elite atau kelompok biasa dalam status
yaitu berdasarkan kedudukan, pendidikan, dan ekonomi. W.M.F. Hofsteede, dalam disertasinya Decision-ma[2]king
Process in Four West Java Villages (1971) juga menyimpulkan bahwa ada
stratifikasi masyarakat ke dalam kelompok elite dan massa. Elite setempat
terdiri dari lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat, guru, tokoh-tokoh
politik, agama dan petani-petani kaya. Selanjutnya, petani menengah, buruh
tani, serta pedagang kecil termasuk pada kelompok massa. Informal leaders,
yaitu mereka yang tidak mempunyai jabatan resmi di desanya sangat berpengaruh
di desa tersebut, dan diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau seluruh
desa.
Hubungan seseorang dengan orang lain
dalam lingkungan masyarakat sunda sangat penting karena berhubungan dengan
keluarga lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan
keluarga besarnya dan akan memberikan berbagai manfaat kepad keluarga besarnya
yaitu dapat lebih dihormati, harga menghargai, kerjasama,dan saling menolong.
jadi hal ini bukan hanya tercermin dari adanya istilah atau sebutan bagi setiap
tingkat hubungan itu yang langsung dan vertikal (bao, buyut, aki,
bapa, anak, incu) maupun yang tidak langsung dan horisontal (dulur,
dulur misan, besan), melainkan juga berdampak kepada masalah ketertiban dan
kerukunan sosial.
Kebudayaan Suku Sunda
Setelah kita mengetahui mengenai
sejarah sunda, bahasa sunda, dan stratifikasi masyarakat sunda, maka budaya
sunda juga perlu dipahami. Suku Sunda memiliki filosofi yang patut kita
teladani dan kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu silih asah silih asih, sareng silih asuh. Ketiga
filosofi tersebut menggandung arti yaitu menumbuhkan sifat dan sikap untuk
saling mengasuh, saling mengasihi, dan saling berbagi pengetahuan dan
pengalaman antar sesama masyarakat.
[3]Masyarakat di Jawa Barat khususnya suku sunda memiliki
sedikit perbedaan dengan masyarakat lain dinusantara, masyarakat jawa barat
yang berbahasa sunda sangat dipengaruhi budaya yang berakar pada nilai-nilai
yang berasal dari tradisi masyarakat setempat dan dalam interaksi sosial,
masyarakat di Jawa Barat menganut falsafah seperti yang telah disebutkan tadi.
Rasa persaudaraan menciptakan keakraban masyarakat sunda dengan lingkungan
sehingga tampak dari bagaimana masyarakat jawa barat khususnya suku sunda
mereka memelihara kelestarian lingkungan dengan cara penuh kerja sama dengan
warga setempat. Sehingga di provinsi Jawa Barat ini banyak muncul masyarakat
yang atas inisiatifnya sendiri dapat memelihara lingkungan mereka.
Selain memiliki
filosofi masyarakat sunda memiliki upacara adat dalam perkawinan agar sikap
untuk saling mengasuh dan mengasihi dapat terimplementasi maka dalam upacara
adat perkawinan suku sunda yaitu terdapat acra membelah mayang jambe dan buah
pinang yang dilaksanakan oleh calon pengantin pria yang memiliki makna agar
keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri dalam rumah tangga.
Sistem Kekerabatan
Sistem
kekerabatan orang Sunda memiliki kedudukan yang sama antara pihak Bapak atau
pihak Ibu yang masing-masing memiliki hal yang sama dalam garis keturunan,
Sistem kekerabatan orang Sunda memiliki sifat yaitu parental atau bilateral.
sistem parental adalah sistem kekeluargaan dengan menarik garis keturunan dari
kedua belah pihak orang tua. Yaitu baik dari garis ayah atau garis ibu.
Kedudukan dalam hal berumah-tangga khususnya keturunan memiliki status yang
sama atau sama derajatnya. Apabila ada pembagian waris maka dilaksanakan
melalui kesepakatan antara kedua belah pihak. Perkawinan orang Sunda dalam
tradisi yang mereka laksanakan bukan hanya pertemuan antara kedua mempelai saja
namun terdapat pertemuan antar kedua keluarga yaitu keluarga dari pihak suami
dan keluarga dari pihak istri yang masing masing merupakan keluarga besar, dan
dengan pernikahan ini menghubungkan pertalian darah yang disebut sekocoran.
Sistem
kekeluargaan suku sunda sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu adat yang
diteruskan secara turun-temurun dan pengaruh d[4]ari
agama islam yang berkembang sebagian besar dimasyarakat sunda. Sehingga cukup
sulit memisahkan antara adat dan agama, sehingga dalam kesehariannya terjadi
akulturasi sebagai contoh bahwa di agama islam dilarang perkawinan sedarah.
Dalam memilih menantu suku sunda memiliki filosofi yaitu “ lampu nyiarjodo kakupuna” yang memiliki arti bahwa dalam mencari
jodoh segala sesuatunya harus sesuai yaitu wajahnya, kekayaanya, dan garis
keturunan. Bahkan sebelum melaksanakan pernikahan, kedua orang tua melaksanakan
pembicaraan ( calon besanan ) yang disebut neundeun omong.
Seperti yang
telah dibahas diatas bahwa suku sunda sangat dipengaruhi oleh adat istiadat
kenapa demikian karena dalam suku sunda dikenal dengan istilah “ngamumule” yang
memiliki arti yaitu melestraikan, maka dari itu dalam suku sunda segala sesuatu
kebudayaannya baik dalam sistem kekerabatan atau kesenian kebudayaan setiap
masyarakat turut menjaga kelestarian kebudayaannya. Melestarikan kebudayaan
dengan mengajak kaula muda untuk ikut serta dalam setiap kegiatan yang
menyangkut budaya seperti halnya upacara adat permainan kesenian dan lain hal
sebagainya. Maka dari itu cara ini yang memang mempengaruhi dan bahkan menjadi
faktor utama terbentuknya sistem kekerabatan yang erat antar orang sunda.
Daftar Pustaka
·
Antara,
2015, Gubernur Jabar: Sunda Etnis Kedua Terbesar di Indonesia, http://www.beritasatu.com/nasional/249201-gubernur-jabar-sunda-etnis-kedua-terbesar-di-indonesia.html
·
Dixon
L. Roger, Sejarah Suku Sunda, http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2000/Sejarah%20Suku%20Sunda.pdf
·
Fathoni Ahmad, Kebudayaan Suku Bangsa sunda, http://www.zonasiswa.com/2015/10/kebudayaan-suku-bangsa-sunda.html
[1]
Antara, “
Gubernur Jabar: Sunda Etnis Kedua Terbesar di Indonesia”,beritasatu.com, http://www.beritasatu.com/nasional/249201-gubernur-jabar-sunda-etnis-kedua-terbesar-di-indonesia.html , diakses pada
tanggal 02 mei 2016 pukul 14.30
[2]
Adhida, “Masyarakat Sunda Dalam Berprilaku Didalam Kehidupan
Sosial”, kompasiana, http://www.kompasiana.com/adhida/masyarakat-sunda-dalam-berprilaku-didalam-kehidupan-sosial_54f82e4fa33311d4178b5168 , diakses pada
tanggal 02 mei 2016 pukul 14.56
[3]
Dixon L.
Roger, “ sejarah suku sunda” ,seabs, http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2000/Sejarah%20Suku%20Sunda.pdf, diakses pada
tanggal 02 mei 2016 pukul 15.48
4Fathoni Ahmad,
“Kebudayaan suku bangsa sunda”, zona siswa, http://www.zonasiswa.com/2015/10/kebudayaan-suku-bangsa-sunda.html , diakses pada
tanggal 3 mei 2016 pukul 08.00
Casino in Washington - Mapyro
ReplyDeleteInformation and Reviews about 상주 출장마사지 Casino 부천 출장마사지 in Washington, including Restaurant Reviews, Photos, Reviews, 정읍 출장샵 Photos 충청남도 출장마사지 & more. Rating: 2.5 · 3 reviews · Price 보령 출장샵 range: $